Senin, 25 November 2013

Puisi-puisi Oleh Komunitas Jenang

1.Arafat AHC

SemusimKenangan

#semusim kenangan yang bergelanyut pada genangan
kita masih setia menanti kering yang enggan melanda
lampion-lampion tenggelam pada asa
belum tuntas mendewasakan diri

#semusim kenangan di musim kesedihan
sebab kesedihan adalah perjudian
pergenangan menewaskan air mata
anak-anak memainkannya.
di selangkangan penuh genangan

#semusim kenangan di desa tenggelam
kita menyanyikan lagu sendu
aiyah, sumpahsumpah kita menyampah pada rumah
karam oleh air mata dan kesedihan
mula tercipta keberingasan dan kerakusan berhala diri
buku-buku sebanjir muka merah kita

# semusim kenangan yang tertulis di catatan harian kesedihan
pertikaian
keegoisan
kesombongan
kitaambangkan pada genangan
kesedihan ini perjudian lalu telah kita pasang di bandar seberang

Semarang-Demak, Jumadil Akhir1434 H

Ruang Kelas Tak Menghadirkanmu

Pada pijar lampu yang menggigil.Tiap waktu, tangan-tangan memanggil. Kamu yang terlalu abstrak untuk kupresentasikan. Dan kawan-kawan berlari mengejar pertanyaan. Dimana jawaban,yang telah ku simpan di lacimu? Kau dimana?

Kau tak pernah hadir setiap kaliaku mempresentasikan namamu. Lalu bagaimana kawan-kawan bisa mengakhirkanpertanyaannya. Sedangkan kau tak nampak, disaat aku begitu berharap padamu.

Di lacimu, selalu ku absen daftarisi lacimu. Pertanyaan lagi, lagi-lagi pertanyaan yang melambaikan tangansambil bertanya-tanya lagi. Laci-laciku makin menumpuk oleh pertanyaan yang taktuntas kita jawab. Lalu bagaimana aku mempresentasikanmu?

Kau dimana?
Aku berkali-kali memanggilnamamu, memanggil baumu, memanggil kata-katamu. Bukan kau yang hadirmenyampaikan jawaban. Tapi pertanyaan terus melambaikan tanganmemanggil-manggil kita.

Kau terlalu abstrak untuk kupresentasikan, jika kau tak hadir di sini. Menemani kegelisahan yang bercakapria dengan pertanyaan-pertanyaan.

Ngaliyan, Dzulhijjah 1433 H

sumber : Suara Merdeka,26 Mei 2013


2.Sholichudin Al Gholany


SELEMBAR JANJI DI WARUNG KOPI

Haruskah kami berkumpul seperti kala itu
Menyaksikan kobaran api yang menjemu
Membludak kemana-mana dari mulut ambisius-ambisius dungu
Yang ingin menyetir peradaban yang tak lagi bisu

Begitu pintarnya kau menyulutkan api
Di tengah kota, di jalan-jalan, di pasar, di sawah, bahkan di warung kopi
Cukup menyumpelkan selembar janji
Namamu hangat meresap manis dalam seduhan secangkir kopi

Adu domba
Ya, itulah kami

Selembar janji yang cukup mengoyak nurani
Selembar janji yang jadi cemeti
Menggiring kami ke dalam kombong mimpi
Akan kesejahteraan anak-anak kami

Hoho…
Tah kami yang dungu?

NGELU


Malam beku, bulan begitu kaku
Setelah seharian diguyur pilu
Serangkaian tanya yang membuat ngelu
Tentang perandaian ini itu
Tentang perjalanan seorang sufi
Tentang peci, tasbih dan ayat suci
Tentang langit dan semedi

Inikah sebuah jalan?

Aku sudah terlalu menepi
Di dangkal ajining pekerti


Kudus, 10.01.2012

Sumber : https://www.facebook.com/notes/sholichudin-al-gholany/

3. Bagus Burham



Mazmur Hujan

ke mata kita,adakah yang lebih sahih
selain cara hujan mengungkapkan rindu
turun membunyikan atap-atap lampau.
ruangku,buku-buku terbangun membuka
halaman-halaman sabana yang hijau

dan kalimat-kalimat avontur,menyelingi
suara gaduh gerimis di luar jendela.aku lalai.
segala kangen menahun dalam gugur
daun-daun akasia.ranting-ranting januari

merambah musim demi musim.ada yang
kurang terjamah sedemikian lama.sebab
foto album cuma bisa memerangkapnya

ke bahu kita,turun kegaliban sisa cahya
menerawangi langit-langit seakan gelap
adalah akhir yang menelan semuanya

“sebatang lilin tunaikan terang.
seribut hujan mendaulat sepi”


Ikan dalam Botol


kenangankah,kian bising di bulan-bulan paling hujan.
di kolam-kolam sisik almanak yang lapuk terlepas.gugur
gerimis terjatuh lewat langit menggeraki awan-awan
hitam.mendungseperti pontang-panting hendak turun
ke bawah melewati atap-atap rumah,sekian waktu untuk
terjamah

aku harus menyelamatkan cupang-cupang dari pasar.
sebelum kegembiraan bertarung dalam arena ember
seperti coloseum para gladiator.menyelamatkan warna-
warna yang tergigit warna-warna lain;kehendak berubah
-ubah yang menjadikan masa kanakku pelangi

kepolosan hujan adalah ia menerima dengan gembira,
dijatuhkan dari langit maha tinggi ke bumi maha rendah,
lenyap ditelan liang tanah.semoga ikan-ikan berpesta
di usia lampau yang merayakannya


 4.M.Kholilurrohman


Cara Lain Membunuhku          


Sudahkah menjadi suratan hati?
Tuk bunuh hati tanpa belati
Sebab ilusi
Ku jadi yang tersakiti
Aku mulai bingung bersenandung
Sebab kabar dingin dari balik kerudung
Yang kian menuntunku ke arahnya
Ke pulau lain yang ada dirinya
Sang idaman maharaja

Kabar dingin kau beri lagi
Hingga tercipta lapisan tipis air yang rapuh
Di atas samudra yang pisahkan kita

Sudahkah menjadi suratan hati?
Tuk buat aku berani berharap tinggi
Akan tubuh ringan, jika es tipis kupijaki
Tuk buat aku berani berlari lari
Dengan cara yang tak Dia sukai

Benarkah setega itu?
Caranya menenggelamkanku
Caranya bekukan darahku
Dan caranya hentikan tirta hatiku

Benarkah setega itu?
Caranya membunuhku
Dan benarkah yang itu,
Sudah menjadi suratan kalbu?

“Sekadar Aku”, yang Menuggu Sapa

Angin paruku berhembus sederhana
Saat jiwa tak mengenal tulang iga
Aku mematung, terpikir akan beruntung
Tapi malah terkatung

Di sini
Ku layangkan berjuta harapan untuk satu sapaan
Ku benamkan berjuta kegelisahan untuk satu senyuman
Dalam diam dan penantian

Mungkin karena aku hanya sekadar
Sekadar kumpulan sisa pasir
Sekadar debu batu yang mengeras
Sekadar kucuran air
Dan sekadar aku
  

Ratapan Batu Hitam

Simpan Gemerlap Mutiara itu
Peluklah dengan kelopakmu
Batu hitam ini hanya mampu meratap
Mengaduh akan sebuah jarak
Tersenyumlah, karena aku akan segera pergi
Getir tak akan sesemerbak hari lalu
Dan,
Badaimu adalah ulahku
Maka, aku harus berlalu
Meski takut rindu melapuk-ku

Foto-foto Launching komunitas jeNANG dan BePe#1 (Puisi-puisi Muhammad Kholilurrohman)






 Komunitas jeNANG

Alamat: Griya Kreasi Gholany - Jl. Golan, Golantepus 02/04 Mejobo Kudus


Direktur: Bagus Burham
Administrasi: Arif Rahman
Mapping Project: Arafat AHC