Minggu, 23 Februari 2014

Merayakan Seni dalam Kampung


MERAYAKAN KESENIAN KAMPUNG

Pada tanggal 15 Februari 2014,diadakanlah untuk yang pertama kalinya Seni Kampung yang nantinya akan terus diadakan setiap satu bulan sekali di beberapa kecamatan. Visi Seni Kampung adalah mengembalikan kesenian di kampung. Jika sekarang arus modernitas menggerus kebudayaan lama dengan berbagai cara dari ;musik,tutur bicara,dan tontonan maka tugas diadakannya kesenian di desa-desa adalah sebagai pengingat kembali bagaimana kebudayaan membentuk masyarakat desa jaman dulu. Anak-anak sekarang takkan mengenal –yang paling sederhana saja- permainan gundu ataupun gobak sodor,sebab mereka telah teralihkan pada dunia konsep yang maya. Posmodern membentuk diri mereka menjadi antisosial dan tidak melihat realitas di lingkungannya. Akibatnya anak cenderng tidak peka terhadap sekelilingnya. Seni Kampung ingin merubah itu dengan kembali pada yang lama.
                Kegiatan yang dilaksanakan di kecamatan Mejobo tepatnya di desa Golantepus itu,berlangsung semarak oleh kehadiran dari berbagai elemen masyarakat. Acara dimeriahkan tarian-tarian tradisional,pembacaan puisi,dan seni musik dari taman kanak-kanak,sekolh dasar dan kalangan muda dengan klimaks yang riuh pada penampilan Ali Reggae dan kawan-kawan.
                Kesenian di kampung seharusnya lebih menitikberatkan kepada kampung itu mempunyai seni apa untuk ditampilkan tapi masih pada koridor kebudayaan lama bukan budaya modern sekarang. Jika anak-anak ingin menari ala artis luar negeri yang mereka dambakan,dapatlah diberi pengarahan bahwa tarian semacam itu tidak memberikan faedah apapun bagi penontonnya,sebab itu bukan budaya kita. Meski akan terkesan egois dan monoton,untuk mengembalikan budaya yang dulu ada,tapi bukankah itu inti dari kesenian kampung?
                Jika ingin terus menggalakkan seni kampung diharapkan para pelaku budaya dari komunitas yang bersangkutan dapat konsisten menjaga visinya,agar nantinya tidak terkesan sebagai hiburan malam minggu belaka atau acara yang tak ada faedahnya. Jika konsennya pada pengembalian budaya,maka seni yang ditampilkan mesti berbudaya yang sifatnya mendidik. Seni yang dipagelarkan di balai desa Golantepus itu pada segmen pertama sudah memperlihatkan budaya tradisional yaitu tarian-tarian yang diperagakan anak-anak,geguritan,dan puisi.
Panitia penyelenggara Seni Kampung,Sholichudin Al-Gholany membuka dengan pidato,bahwa Seni Kampung diadakan dari rakyat untuk rakyat;bebas politik namun asyik dengan konsep sederhan serawung sedulur. Acara ini digerakkan oleh para pegiat seni muda Kudus yang peduli akan budaya dan kesederhanaan diantaranya dari komunitas Lah dan komunitas sastra jeNang.
                Penampilan penyair seperti Sholichudin Al-Gholany,Ullyl Ch,Arafat AHC,Arif Rahman meskipun telah meriah,namun belum begitu maksimal dengan penampilan musikalisasi puisi. Karena pengumuman pagelaran hanya diumumkan lewat jejaring sosial facebook,sehingg pelau budaya yang datang hanya segelintir saja diantaranya Puji Pistols dan beberapa sastrawan lainnya.

Laporan dari Bagus Burham, kepala suku komunitas sastra jeNang.