MERAYAKAN KESENIAN KAMPUNG
Pada
tanggal 15 Februari 2014,diadakanlah untuk yang pertama kalinya Seni Kampung
yang nantinya akan terus diadakan setiap satu bulan sekali di beberapa
kecamatan. Visi Seni Kampung adalah mengembalikan kesenian di kampung.
Jika sekarang arus modernitas menggerus kebudayaan lama dengan berbagai cara
dari ;musik,tutur bicara,dan tontonan maka tugas diadakannya kesenian di
desa-desa adalah sebagai pengingat kembali bagaimana kebudayaan membentuk
masyarakat desa jaman dulu. Anak-anak sekarang takkan mengenal –yang paling
sederhana saja- permainan gundu ataupun gobak sodor,sebab mereka telah
teralihkan pada dunia konsep yang maya. Posmodern membentuk diri mereka menjadi
antisosial dan tidak melihat realitas di lingkungannya. Akibatnya anak cenderng
tidak peka terhadap sekelilingnya. Seni Kampung ingin merubah itu dengan
kembali pada yang lama.
Kegiatan yang dilaksanakan di kecamatan Mejobo
tepatnya di desa Golantepus itu,berlangsung semarak oleh kehadiran dari
berbagai elemen masyarakat. Acara dimeriahkan tarian-tarian
tradisional,pembacaan puisi,dan seni musik dari taman kanak-kanak,sekolh dasar
dan kalangan muda dengan klimaks yang riuh pada penampilan Ali Reggae dan kawan-kawan.
Kesenian di kampung seharusnya lebih menitikberatkan
kepada kampung itu mempunyai seni apa untuk ditampilkan tapi masih pada koridor
kebudayaan lama bukan budaya modern sekarang. Jika anak-anak ingin menari ala
artis luar negeri yang mereka dambakan,dapatlah diberi pengarahan bahwa tarian
semacam itu tidak memberikan faedah apapun bagi penontonnya,sebab itu bukan
budaya kita. Meski akan terkesan egois dan monoton,untuk mengembalikan budaya
yang dulu ada,tapi bukankah itu inti dari kesenian kampung?
Jika ingin terus menggalakkan seni kampung diharapkan
para pelaku budaya dari komunitas yang bersangkutan dapat konsisten menjaga
visinya,agar nantinya tidak terkesan sebagai hiburan malam minggu belaka atau
acara yang tak ada faedahnya. Jika konsennya pada pengembalian budaya,maka seni
yang ditampilkan mesti berbudaya yang sifatnya mendidik. Seni yang dipagelarkan
di balai desa Golantepus itu pada segmen pertama sudah memperlihatkan budaya
tradisional yaitu tarian-tarian yang diperagakan anak-anak,geguritan,dan puisi.
Panitia penyelenggara Seni
Kampung,Sholichudin Al-Gholany membuka dengan pidato,bahwa Seni Kampung
diadakan dari rakyat untuk rakyat;bebas politik namun asyik dengan konsep
sederhan serawung sedulur. Acara ini digerakkan oleh para pegiat seni muda
Kudus yang peduli akan budaya dan kesederhanaan diantaranya dari komunitas Lah
dan komunitas sastra jeNang.
Penampilan penyair seperti Sholichudin
Al-Gholany,Ullyl Ch,Arafat AHC,Arif Rahman meskipun telah meriah,namun belum
begitu maksimal dengan penampilan musikalisasi puisi. Karena pengumuman
pagelaran hanya diumumkan lewat jejaring sosial facebook,sehingg pelau budaya
yang datang hanya segelintir saja diantaranya Puji Pistols dan beberapa
sastrawan lainnya.
Laporan dari Bagus Burham,
kepala suku komunitas sastra jeNang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar